Aisyah Binti Abu Bakar

A. Berkenalan Dengannya
Namanya adalah Aisyah binti Abu Bakar, seorang anak dari sahabat besar dan istimewa yaitu Abu bakar ash Shidiq, dan ibunya adalah Ummu Ruman yang merupakan seorang Shahabiyah.
Aisyah memiliki julukan ” Ash- Shiddiqah” (wanita yang benar dan lurus). Ia memang terlahir dan tumbuh dalam sebuah keluarga yang istimewa. Mari kita lihat siapa sajakah saudaranya itu. Mereka adalah Abdurrahman, yang merupakan seorang pejuang dan pemanah hebat. Begitu juga dengan kakak perempuannya, yaitu Asma binti Abu bakar seorang wanita istimewa pemilik gelar “Dzatun nithaqain” (pemilik dua ikat pinggang). Maka inilah keluarga istimewa yang berjasa besar dimasa awal penyebaran Islam.
Secara fisik, Aisyah adalah seorang wanita dengan tubuh semampai, berparas cantik, berkulit putih kemerah-merahan. Sehingga Rasul sering memanggilnya dengan panggilan”Humaira”. Dan secara fisik tumbuh lebih cepat dan terlihat matang.
Sejak lahir ia sudah beragama Islam dan tidak mengalami kemusyrikan, mengingat bahwa ayah ibunya pun sudah memeluk Islam. Aisyah pun terkenal dengan kecerdasannya yang luar biasa, dan rasa ingin tahunya yang sangat tinggi ia seringkali bertanya dan tak akan merasa puas sampai permasalahannya terselesaikan dan mendetail. Hal itu terlihat sejak kecil dalam kemampuannya mengingat hadits-hadits yang didengarnya dari Rasulullah dan menjelaskannya secara detail, salah satunya ialah:
“Ketika aku masih kecil dan suka bermain, Rasulullah Saw menerima ayat berikut ini di Mekkah, ‘Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Qs.Al-Qamar:46) (HR. Al-Bukhari)
Maka dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa Aisyah memang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Juga terdapat karakter lainnya yang luar biasa dan perlu untuk diteladani yang diantaranya ialah:
- Dermawan, Aisyah sangatlah dermawan dan banyak bersedekah, sampai-sampai keponakannya, Urwah bin az-Zubair, pernah melihat pada suatu hari beliau bersedekah sebanyak 70.000 dirham padahal ia menambal sendiri bajunya. Ketika berpuasa, ia pernah diminta derma oleh seorang miskin sementara dirumahnya hanya ada sekerat roti kering. Beliau pun memberikan roti itu kepada orang miskin tersebut. Abdullah bin Zubair pernah memberi Aisyah yang saat itu sedang berpuasa uang dua kantong penuh berjumlah seratus ribu dirham. Uang tersebut segera dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan ketika waktu berbuka tiba, ia tidak memiliki uang sisa sedikitpun, ia lupa menyisakan untuk dirinya satu dirham pun untuk membeli makanan
- pemberani, Di balik kedermawanan dan kelembutannya kepada kaum fakir miskin, Aisyah dikenal sebagai perempuan yang memliki keberanian dan keteguhan pendirian yang luar biasa. Ia pernah berjalan sendirian menuju Baqi’ pada malam hari tanpa merasa takut. Ia juga turut serta dalam banyak peperangan. Pada perang uhud, ketika pasukan muslim kacau balau, Aisyah turun tangan bersama para perempuan lain untuk memberikan minum kepada para mujahid. Keberanian Aisyah juga teruji dalam Perang Jamal ketika ia memimpin ribuan pasukan demi tuan reformasi masyarakat yang dicanangkannya.
- Pemalu, Kamar Aisyah dijadikan sebagai tempat dikuburkannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar As Shiddiq. Tatkala berada di dalam rumahnya, Aisyah melepas jilbab dan tak memakai pakaian lengkap. Ketika Umar bin Khattab meninggal dunia dan dimakamkan di samping kuburan Nabi dan Abu Bakar, maka Aisyah selalu memakai jilbab lengkap meskipun berada di dalam rumahnya. adahal Umar sudah meninggal dunia dan berada dalam kuburnya. Namun Aisyah mengenakan pakaian lengkap karena malu. Begitu besar rasa malu dari ibunda kita, Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha.
B. Pernikahan Dengan Rasulullah
Aisyah adalah satu-satunya istri yang dinikahi ketika masih gadis tepatnya yaitu ketika berusia 6 tahun. Namun, ia mulai hidup mendampingi Nabi ketika ia sudah berusia baligh, yakni sekitar usia 9 tahun. Saat itu pernikahan Rasulullah dengan Aisyah berlangsung secara sederhana dan khidmat. Rasulullah menikahi Aisyah pada bulan Syawal tiga tahun sebelum hijrah dan hidup bersama di bulan Syawal juga di tahun kedua hijrah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah setelah selama 3 malam dan diperlihatkan wajah Aisyah oleh Malaikat Jibril. Lantas Malaikat Jibril berkata:
هٰذِهِ اِمْرَاَتُكَ
Ini adalah istrimu. (HR. bukhari-Muslim)
Terjadinya pernikahan keduanya seakan menepis beberapa kebiasaan bangsa Arab yang diantaranya ialah:
- Mereka beranggapan tidak bolehnya menikahi anak teman dekat karena akan membuat hubungan perbesanan menjadi terlarang.
- Mereka tidak mau menikahkan anak mereka dibulan syawal karena diyakini bahwa penyakit sampar akan mewabah dibulan syawal.
- Membantah kebiasaan orang-orang pada umumnya yang terbiasa menikah secara mewah, dipersulit disertai prilaku konsumtif.
Rumah tangga Nabi dan Aisyah berlangsung selama 8 tahun 5 bulan, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H, saat Aisyah baru berumur 18 tahun.
Salah satu hal yang harus kits pahami ialah meskipun Aisyah dinikahi Rasulullah dalam usia yang relatif muda, namun dengan kecerdasan dan kecepatan daya tangkapnya, sehingga perkembangan pemikiran dan pengetahuannya melebihi pertumbuhan fisiknya. Hingga kemudian pantaslah Aisyah menjadi duta Rasulullah, khususnya kepada kaum perempuan, untuk mengajarkan dan menyampaikan kepada mereka pengetahuan-pengetahuan agama dan permasalahannya secara mendetail, hingga Rasulullah pun memberinya gelar ya muwaffiqah (wahai perempuan yang selalu tepat).
C. Keistimewaanya
Aisyah merupakan istri kesayangan Rasulullah, hal ini terlihat dari ucapan Rasulullah ketika suatu hari Rasulullah pernah ditanya:
Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” Amr pun bertanya “Kalau dari laki-laki?” Beliau menjawab, “Bapaknya (yaitu Abu Bakar Ash Siddiq).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Juga salah satu kejadian yang menjadi bukti bahwa Nabi sangat sayang kepada Aisyah adalah disaat Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam hendak wafat. Beliau memilih tinggal di tempat Aisyah, hingga meninggal di atas pangkuan Aisyah
Dengan kesempatan yang dimilikinya dalam mendampingi Rasulullah dan kecerdasannya yang luar biasa, maka Aisyah pun telah mencapai ketinggian ilmu dan memperoleh bagian terbesar dalam menyimak, menyaksikan langsung hadits dari Rasulullah tanpa perantara siapapun. Hingga tak ada yang mampu menandingi Aisyah dalam soal keluasan ilmu dan pengetahuannya. Juga ia merupakan salah satu diantara sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Sudah tentu Aisyah memiliki akhlak yang mulia dan cerdas juga keutamaanya sebagai Ummahatul mukminin. Sejak kecil Aisyah pun mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah. Berikut Beberapa keistimewaan Aisyah yang lainnya yang beliau tuturkan sendiri, Aisyah berkata: “Aku diberikan sepuluh kelebihan dibanding isteri-isteri Rasulullah yang lain:
- Beliau tidak menikah dengan gadis selainku
- Tidak ada isteri yang dinikahinya yang bapaknya melakukan hijrah bersama beliau selain aku
- Allah menurunkan ayat yang membebaskan aku (dari tuduhan zina) langsung dari langit.
- Jibril datang membawa rupaku dalam sebungkus sutera, lalu dia berkata (kepada Rasulullah), “Nikahilah, sesungguhnya dia adalah isterimu.”
- Aku dahulu suka mandi bersama beliau dari satu wadah, hal yang tidak beliau lakukan kepada isteri-isterinya yang lain.
- Beliau shalat ketika kakiku terbentang di hadapannya, beliau tidak melakukannya kepada isteri-isteri lainnya selainku.
- Pernah turun wahyu ketika dia bersamaku, dan tidak pernah turun wahyu ketika beliau bersama isteri-isteri lainnya selainku
- Beliau meninggal ketika berada di pangkuanku
- Beliau wafat pada malam yang menjadi giliranku
- Beliau dimakamkan di kamarku.
D. Wafatnya
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun wafatnya, namun Imam Nawawi dalam kitabnya Tahzib Al-Asma dan Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah fi Tamyiz Shahabah menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Aisyah wafat pada tahun 51 H dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Baqi’ sesuai wasiat Aisyah kepada Abdullah bin az-Zubair “Jangan kuburkan aku bersama mereka (Rasulullah, Abu Bakr, dan Umar). Kuburkan aku di Baqi’ bersama sahabat-sahabatku. Karena aku sama sekali tidak pernah layak mendapat kehormatan itu.”
Referensi:
- Biografi Istri Rasulullah, Pustaka Pribadi Mushawwir
- Istri dan Puteri Rasulullah (mengenal dan mencintai Ahlul Bait Rasulullah), Karya: Abdullah Haidir
- Sirah Nabawiyah, Karya: Ibnu Hisyam
- The Wonderful Ummahatul Mukminin, Karya: Erlan Iskandar
- 25 Perempuan Teladan (Para Istri, Putri, & Sahabat Perempuan Nabi saw), karya: Ummu Farida.