• عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حِينَ يَخْرُجُ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى مَسْجِدِهِ فَرِجْلٌ تُكْتَبُ حَسَنَةً وَرِجْلٌ تَمْحُو سَيِّئَةً Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Ketika seseorang keluar dari rumahnya menuju masjid, maka tiap langkah satu kakinya dicatat satu kebaikan dan dari kakinya yang satu lagi sebagai penghapus satu kejelekan.” [Sunan Nasai – 698]
Selasa, 24 Juni 2025

UMMU SALAMAH: Wanita Yang Cerdas Dan Bijaksana

Bagikan
  1. Berkenalan Dengannya

Namanya adalah Hindun Binti Abi Umayyah Bin al-Mughirah al-Makhzumiyah, yaitu seorang wanita yang berasal dari Bani Makhzum. Ayahnya bernama Umayyah dan ibunya bernama Atikah Binti Amir.

Ayahnya terkenal dengan sebutan Zaad Ar-Rakbi (pemberi bekal musafir) disebut demikian karena sosoknya sangatlah dermawan, karena apabila mengadakan safar, ia tak mengizinkan oranglain membawa bekal sebab dirinya lah yang akan menanggungnya.

Sebutan Ummu Salamah ini dinisbatkan pada nama anaknya yang bernama Salamah yang merupakan anak dari pernikahan dengan Abdullah Bin Abdul Asad.

Saat Islam datang, Ummu Salamah dan suaminya merupakan bagian dari Assabiqunal Awwalun, bahkan keduanya juga mengalami hijrah ke Habasyah dan Madinah.

Dalam perjalanan hijrahnya keluarga ini, terdapat sebuah kisah yang cukup emosional. Yang mana Saat keluarga mereka hendak berhijrah ke Madinah, tiba-tiba ditengah perjalanan keluarlah salah seorang dari Bani Makhzum yang kemudian menahan agar Ummu Salamah tidak pergi dan dibawalah Ummu Salamah oleh seseorang dari Bani Makhzum. Begitu pun dengan anaknya yaitu Salamah, saat diperjalanan keluar juga salah seorang dari kabilah Bani Asad yang menahan Salamah, hingga terjadilah tarik menarik antara Abu Salamah dan saudaraya untuk memperebutkan Salamah. Namun apa daya, akhirnya keluarga mereka pun terpisah dan menjadikan hanya Abu Salamah lah yang pergi berhijrah ke Madinah.

Tentu Ummu Salamah merasa sedih saat harus terpisah dengan suami dan anaknya, juga tak bisa hijrah ke Madinah, hingga ditengah kesedihan dan penderitaan yang dialami tersebut datanglah pamannya dari Bani Mughirah yang melihat Ummu Salamah sedang bersedih, hingga ia merasa iba dan kemudian mengizinkannya untuk menyusul suaminya ke Madinah, juga dalam waktu bersamaan saudaranya dari Bani Asad mengembalikan anaknya hingga keduanya pun bersama-sama menyusul Abu Salamah ke Madinah.

Setelah Ummu Salamah berhasil menemui Abu Salamah di Madinah, maka semuanya berkumpul kembali dengan penuh bahagia menjadi keluarga yang utuh.

Abu salamah sendiri adalah seorang mujahid yang senantiasa terlibat dalam beberapa peperangan, diantaranya ialah perang badar dan perang uhud. Namun dalam keikutsertaanya dalam Perang Uhud, Abu Salamah mengalami luka yang amat parah dan cukup seriu dan membuatnya sakit hingga akhirnya wafat.

Ketika suaminya meninggal dunia, Ummu Salamah sempat berputus asa, memikirkan siapa lagi yang menjadi pengganti yang lebih baik dari suaminya. Namun Ummu Salamah pernah mendengar Rasulullah bersabda:

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

 (Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibahy ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik).”

Maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.

B. Pernikahan Dengan Rasulullah

Ketika masa iddah Ummu Salamah telah habis, dua sahabat istimewa yaitu Abu Bakar dan Umar datamng untuk melamarnya, namun ummu salamah tidaklah menerimanya. Lalu datanglah utusan Rasulullah untuk melamarnya. lalu Ummu Salamah menerimanya, tetapi ia juga menyampaikan beberapa uzur, yatu:

  1. ia adalah seorang perempuan pencemburu
  2.  ia perempuan yang tertimpa musibah dan masih memiliki beberapa anak yang masih kecil, dan tiada seorang pun walinya yang masih hidup.

Rasulullah mengirim kembali utusan itu untuk memberi jawaban atas uzur yang disampaikan Ummu Salamah, beginilah jawaban Rasulullah:

“Tentang ucapanmu: Sesungguhnya aku adalah perempuan yang tertimpa musibah, maka Allah akan mencukupimu untuk mengurusi anak-anakmu. Adapun uzurmu bahwa engkau adalah pencemburu maka aku akan berdoa kepada Allah agar Ia melenyapkan rasa cemburumu. Adapun para wali, maka tiada seorang pun dari mereka, baik yang ada di sini mapun yang tidak ada di sini, yang tidak ridha kepadaku. Maka Ummu Salamah pun semakin yakin maka berlangsunglah pernikahan antara Rasulullah dan Ummu Salamah.

C. Keistimewaan Ummu Salamah

  1. Cerdas Dan Bijaksana

Salah satu bentuk kecerdasan dan kebijaksanaannya dapat kita lihat pada sebuah peristiwa Ada sekitar 1300 kaum muslimin dari Madinah hendak berangkat ke Mekkah untuk ber-umrah. Tatkala sampai di Hudaibiyah, kaum muslimin dicegat kaum musyrikin. Disepakati perjanjian yang diantaranya adalah umrah saat itu tak bisa diselesaikan. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menandatangani perjanjian Hudaibiyah, beliau berkata kepada para sahabatnya. “Berdirilah dan semebelihlah hewan kurban kalian. Kemudian cukurlah kepala kalian.” Namun, para tak sahabat tak ada yang berdiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang perintah itu sebanyak tiga kali, namun tak ada satupun yang berdiri. Akhirnya, beliaupun pergi ke tendanya menemui Ummu Salamah. Beliau ceritakan keadaan para sahabatnya kepada istrinya tersebut. Ummu Salamah merespon curahan hati beliau dengan mengatakan, Wahai Nabi Allah, apakah engkau mau mereka melakukannya? Keluarlah tanpa berbicara sepatah katapun dengan mereka, setelah itu sembelihlah hewanmu. Lalu panggil tukang cukur hingga ia mencukur rambutmu.” (HR. Bukhari) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melaksanakan apa yang disarankan Ummu Salamah. Benar saja, para sahabatpun kemudian mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu hajar dalam kitab Al Ishabah menuturkan bahwa Ummu Salamah selain cantik, ia juga memiliki akal yang pintar. Dalam situasi genting ini, Ummu Salamah memahami keadaan psikologis umat Islam dan menyadari bahwa respon diam para sahabat bukan karena mereka ingin membangkang terhadap perintah Rasulullah saw., tetapi justru karena mereka sangat mencintai Islam dan Rasulullah saw., dan tidak dapat menerima apa yang mereka anggap sebagai kekalahan. Ummu Salamah memiliki suatu kualitas kepemimpinan yang

2. Penyayang

Sikap lembut dan penyayangnya bisa kita lihat salah satunya adalah sikap kasih sayangnya kepada Hasan Al-Bashry yang merupakan anak dari  budaknya.

Kemudian salah satu kisah yang terkenal adalah kisah Abu Lubabah, suatu ketika Abu Lubabah merasa telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, sehingga ia mengikatkan dirinya di salah satu tiang masjid Nabawi. Ia bertekad tidak minum dan makan hingga mati, sampai Allah menerima tobatnya. Allah pun menurunkan wahyu tentang penerimaan taubat Abu Lubabah kepada Rasulullah yang saat itu sedang berada di rumah Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah meminta izin kepada Nabi untuk bergegas menyampaikan kabar gembira ini kepada Abu Lubabah, agar Abu Lubabah bisa segera melepas ikatannya dan makan. Bersegeranya Ummu Salamah yang ingin menyampaikan kabar gembira diterimanya tobat Abu Lubabah, menunjukkan bahwa beliau adalah wanita yang hatinya lembut dan penyayang.

3. Beberapa ayat turun di rumah Ummu Salamah

Ummu Salamah merupakan istri Rasulullah saw. yang diberi keistimewaan berupa turunnya wahyu ketika beliau sedang berada di rumah Ummu Salamah yaitu surat Al-Ahzab ayat 33 dan At-Taubah ayat 102 .

Ka‘ab ibn Malik juga menyaksikan keutamaan Ummu Salamah sebagai berikut: “Allah menurunkan ayat yang berisi penerimaan taubat kami kepada Nabi-Nya ketika malam itu tinggal tersisa sepertiga yang terakhir. Pada saat itu Rasulullah sedang berada di rumah Ummu Salamah. Ummu Salamah sangat baik sikapnya terhadap keadaanku dan selalu siap membantu urusanku. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Ummu Salamah, taubat Ka‘ab telah diterima.” Ummu Salamah menyahut, apakah saya akan diutus kepadanya untuk menyampaikan berita gembira ini kepada dia?

D. Wafatnya

Ummu Salamah wafat pada tahun ke 59 Hijriyah dalam usia yang ke 84 tahun, yaitu pada masa kekhalifahan  Bani Umayyah dalam kepemimpinan Yazid bin Muawiyah. Dan ia adalah istri Rasulullah yang terakhir wafat. Saat itu Abu Hurairah lah yang memimpin shalat jenazahnya hingga kemudian menguburkannya.

SebelumnyaHafsah Binti Umar: wanita yang suka sholat malam dan shaum
Luas Tanah10 x 15
Luas Bangunan6 x 10
Status LokasiWakaf
Tahun Berdiri2011