• عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حِينَ يَخْرُجُ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى مَسْجِدِهِ فَرِجْلٌ تُكْتَبُ حَسَنَةً وَرِجْلٌ تَمْحُو سَيِّئَةً Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Ketika seseorang keluar dari rumahnya menuju masjid, maka tiap langkah satu kakinya dicatat satu kebaikan dan dari kakinya yang satu lagi sebagai penghapus satu kejelekan.” [Sunan Nasai – 698]
Selasa, 24 Juni 2025

UPAYA YAHUDI DALAM MENGHANCURKAN GENERASI ISLAM MELALUI PENDIDIKAN: Menghancurkan Aqidah

Bagikan

Tulisan ini berawal dari kajian Ustadz Budi Ashari yang berjudul “Zionis Berbulu Islam” yang sebetulnya membedah buku dari seorang ulama cendikiawan yaitu Dr. Majid Irsan Al-Kilani yang berjudul “Pendidikan dan Masa Depan Masyarakat Islam Dalam Perencanaan Israel”.  Untuk lebih memahami isi bukunya dengan pembahasan yang cukup berat, maka dilengkapi dengan penjelasan ustadz Budi dan dua rekannya yang sama-sama ahli dibidangnya.

Meski buku ini ditulis pada tahun 1971 namun masih sangat relevan dengan kondisi hari ini. Bagaimana tidak, sampai hari ini bahkan setiap hari kita masih menyaksikan derita yang dialami oleh saudara kita di Palestina. Serangan yang dilakukan oleh manusia biadab itu semakin hari semakin membabi buta. Dr. Majid mengatakan, Jikalau hari ini kita berpandangan sempit maka sudut pandang kita terhadap agresi zionis han yalah bertujuan untuk merampas wilayah dan berbagai kekayaanya. Padahal lebih dari itu, agresi ini adalah perlawanan terhadap agama dan peradaban yang bertujuan untuk memusnahkan komponen-komponenya”. 

Jika ingin melakukan perbaikan yang mengakar dan mendasar adalah lewat pendidikan, maka untuk menghancurkan suatu generasi pun dilakukan melalui pendidikan. Dan itulah yang dilakukan oleh Yahudi, dari mereka yang hanya sebuah golongan kecil, tidak punya negara tapi mereka punya impian untuk mengubah dunia, maka tidak ada jalan kecuali mereka harus melakukan perubahan besar-besaran. Dan tentu, itu tidak mudah, sebab mereka harus mengubah umat Islam yang kokoh ini.

Tapi kenyataanya hari ini, kita saksikan umat ini tidak berdaya dihadapan bangsa yang kecil dan licik itu. Lalu kenapa hal itu terjadi? jawabannya, karena mereka berhasil memporak porandakan pendidikan generasi Islam. 

Setelah peristiwa Nakba tahun 1948 dan menyusul perang 6 hari antara Zionis dan negara-negara Arab yang merupakan perlawanan dari negara-negara Arab, Zionis berhasil menduduki diantaranya adalah wilayah Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran tinggi Golan serta Semenanjung Sinai di Mesir. Tentunya atas pencapaian tersebut, Israel berifkir keras tentang bagaimana mereka harus mengamankan pencapaian mereka itu.

Maka saat itu seorang mentri pertahan Israel yang bernama Moshe Dayan menyerukan untuk memperhatikan terhadap kurikulum pendidikan Islam di Al-Quds dan Tepi Barat, kemudian Kementerian Israel mengadakan dua kali pertemuan, pertama pada tanggal 13 Oktober 1967, dan kedua pada tanggal 26 Oktober 1967. Dan kedua pertemuan tersebut menghasilkan ketetapan wajibnya menerapkan kurikulum-kurikulum yang disusun oleh Israel di wilayah Al-Quds, sekaligus menghapus kurikulum yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat, Gaza, dan Golan, sehingga memungkinkan pergantian kurikulum dengan gampang dan proses Yahudisasi secara penuh semakin mudah. Setelah itu pertemuan-pertemuan terus berlanjut hingga lahirlah keputusan Yahudisasi kurikulum secara utuh dan sempurna yang dikeluarkan pada tanggal 8 Maret 1971.

Jadi rules nya adalah membuang segala bentuk kurikulum yang tidak sesuai dengan target dan tujuan Israel. Yang dengan demikian setelah itu agar memudahkan Israel mengubah genarasi Islam dan meyahudikannya.

Untuk menghancurkan generasi sampai benar-benar kehilangan identitasnya, menjadi masyarakat tanpa akal maka yang harus dihilangkan adalah keyakinannya. Keyakinan bahwa mereka adalah generasi Islam yang hebat dan akan menjadi pemenang.

Proses dan upaya meluluhlantakkan aqidah Islamiyah di setiap jiwa peserta didik di kalangan bangsa Arab dan musmlim umunys terus berjalan dengan metode dan cara yang sangat beragam, antara lain:

  1. Meragukan keaslian dan kemurnian Al-Qur’an, meski sampai saat ini kitab-kitab, pelajaran agama, aqidah masih diajarkan tapi tidak melahirkan keyakinan, tidak menghadirkan ikatan antara kita dengan Alloh. Tetapi yang ada hanyalah Islamologi yaitu Islam hanya dalam tataran ilmu saja, hanya dipelajari saja namun tidak menghasilkan sebuah keyakinan sama sekali. Dan diantara hal yang sejak dulu sudah dilakukan oleh Yahudi ialah mengubah isi Al-Quran, meskipun untuk masa sekarang strategi ini sudah tidak dilakukan tetapi pernah dilakukan sejak dulu. Maka itulah salah satu kenekatan Yahudi dalam upaya menghancurkan generasi Islam. Generasi muda disesatkan dengan pemahaman bahwa Quran diambil juga dari Taurat atau kitab-kitab Yahudi. Menyebarkan paham bahwa semua agama itu sama baiknya, semua kitab juga sama. Padahal dalam aqidah umat Islam, kita hanya diperintahkan untuk beriman kepada kitab-kitab yang terdahulu tak lebih. Sebab Nabi Muhammad, agama Islam beserta Al-Quran merupakan penutup dan pengganti dari nabi, agama, kitab sebelumnya.

2. Dalam literasi siroh mereka berusaha melecehkan Nabi Muhammad, meski tak dicabut sekaligus tetapi kita dibuat ragu. bahwa karakter akhlaknya penuh dengan penyimpangan (inhirāf), kesesatan, dan kekejaman. Pelecehan itu terungkap seperti berikut ini: “Tidak ada bukti yang dapat dipercaya dan diandalkan tentang fase kehidupan pertama Nabi kecuali hanya dalam ayat-ayat di surah Adh-Dhuha.

3. Memutar balikan fakta mengenai dasar-dasar aqidah umat Islam, meski pelajaran-pelajaran agama memang masih diajarkan, kita diberi tahu mengenai ibadah-ibadah wajib tetapi penjelasannya dibuat dangkal sehingga pemahaman kita pun menjadi dangkal. Rukun Islam yang ketiga adalah membayar zakat, zakat pada ketentuan asalnya adalah ibadah yang sifatnya pilihan (ikhtiyārī) untuk menghadirkan kebaikan dan keshalehan sosial bagi yang membutuhkan, namun kemudian menjadi kewajiban atas properti, harta, buah-buahan dan perdagangan, padahal kedua lafal yaitu kata shalat dan zakat berasal dari bahasa Aramita yang maknanya kenyamanan.

4. Menggambarkan Islam seolah-olah Islam menjadi faktor utama keterbelakangan dan kemunduran umatnya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh mereka:“Muncullah penyelamat bagi Turki yaitu Perwira Turki Mustafa Kemal yang dijuluki dengan julukan Ataturk yang artinya “Bapak Bangsa Turki”. Sungguh Ataturk dan rekan-rekannya menyingsingkan lengan baju dan bekerja keras untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan cara menggulingkan penguasa yaitu Sulthan Turki dari tahtanya, lantas mendeklarasikan Turki sebagai Negara Republik. (Tindakan berikutnya adalah) membuang huruf-huruf Arab dan digantikan dengan huruf-huruf latin sebagai sarana menulis bahasa Turki. Bangsa Turki saat ini menulis bahasa mereka dalam huruf-huruf latin seperti yang berlaku di semua bahasa Eropa, bahkan telah melarang penggunaan hijab bagi wanita muslimah seperti yang terjadi di mayoritas negara-negara Islam. Kebijakan yang sama berlaku bagi laki-laki berupa larangan memakai fez (thurbus), sebab masyarakat Turki ingin serupa dengan orang-orang Eropa dalam segala hal. Di sisi lain, pemerintah menetapkan hari minggu setiap pekan sebagai hari libur. Dengan demikian, Turki mengalami kemajuan pesat di era generasi terakhir.

Referensi:

  1. Dr. Majid Irsan Al-Kilani, 2024, Pendidikan & Masa Depan Masyarakat Islam Dalam Perencanaan Israel, Baitul Hikmah Nusantara.
  2. Budi Ashari, 2024, Zionis Berbulu Islam, Tarahum. id.

SebelumnyaKetentuan TalaqSesudahnyaKhadijah Binti Khuwailid: Cinta Sejati Rasulullah
Luas Tanah10 x 15
Luas Bangunan6 x 10
Status LokasiWakaf
Tahun Berdiri2011